DEPARTEMEN PTEI ADAKAN SEMINAR NASIONAL CHATGPT

Departemen Pendidikan Teknik Elektronika dan Informatika (PTEI) Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (FT UNY) menyelenggarakan Seminar Nasional dengan tema “Penerapan Teknologi ChatGPT pada Bidang Akademik di Perguruan Tinggi” pada tanggal 26 September 2023. Seminar yang dilaksanakan secara daring dan luring melalui Zoom Meeting tersebut terselenggara oleh kerja sama JPTEI dengan Departemen Penalaran HIMANIKA FT UNY. Seminar ini bertujuan untuk membuka wawasan peserta terkait penggunaan teknologi AI seperti ChatGPT khususnya di bidang akademik. Senada dengan tujuan pelaksanaan, Dekan Fakultas Teknik UNY, Prof. Herman Dwi Surjono dalam sambutannya menyampaikan bahwa keberadaan alat bantu AI seperti ChatGPT ini menuntut akademisi seperti dosen dan guru untuk selalu kreatif, inovatif, dan adaptif dalam melaksanakan tugasnya. Penggunaan tema yang tergolong baru membuat seminar nasional ini sukses menarik minat masyarakat, terbukti dengan keikutsertaan total 540 peserta baik secara tatap muka maupun secara daring.

Seminar nasional ini terbagi dua sesi, sesi utama dan sesi paralel. Sesi utama diisi oleh dua orang pembicara yang sudah berpengalaman di bidang IT, sedangkan sesi paralel diisi dengan pemaparan hasil penelitian peserta dengan tema penggunaan alat bantu AI di dunia pendidikan. Pembicara pertama adalah Bapak Arief Sunandar seorang Kepala IT Development Group PT. Bank Syariah Infonesia Tbk yang membagikan pengalamannya dalam pengembangan perangkat lunak di BSI. Sedangkan pembicara kedua adalah Oby Zamisyak seorang Chief Executive Officer sekaligus Founder Indobot Academy. Alumni Pendidikan Teknik Elektronika FT UNY tersebut menceritakan pengalamannya dalam membangun sebuah perusahaan rintisan lembaga pendidikan teknologi informasi serta pengalamannya dalam menggunakan alat bantu AI dalam proses bisnisnya. Sesi utama ini dipandu oleh moderator Dr. Nuryake Fajaryati yang merupakan salah satu dosen Departemen Pendidikan Teknik Elektronika dan Informatika FT UNY.

Dalam materinya, Arief Sunandar mengungkapkan bahwa layanan digital merupakan salah satu penunjang bisnis paling penting dalam dunia perbankan. Penerapan teknologi informasi khususnya berbasis kecerdasan artifisial membantu perusahaan perbankan untuk memahami keinginan nasabah serta melayani mereka dengan lebih cepat dan efisien. Sebagai contoh aplikasi chatbot yang dikembangkan BSI untuk melayani nasabah yang dikembangkan dengan menerapkan machine learning untuk mempelajari perilaku nasabah, terutama bahasa dan waktu yang digunakan nasabah saat mencoba berkomunikasi dengan perusahaan. Meski demikian, kelemahan kecerdasan artifisial terletak pada aspek emosional.

Sementara itu, Oby Zamisyak memulai pemaparannya dengan memotivasi mahasiswa untuk tidak hanya mendapat nilai saat kuliah namun juga menghasilkan satu produk yang benar-benar menghasilkan. Indobot Academy, menurut Oby, adalah proposal PKM yang digeluti secara terus menerus bahkan dijadikan obyek penelitian tesisnya. “Ketika kita yakin produk kita bisa menghasilkan, kita akan mendapat hasil yang luar biasa. Karena kita bener-bener fokus ngulik satu produk hingga produk itu menghasilkan.” ujar Oby.

Mengamini pendapat Arief Sunandar, Oby Zamisyak juga merasakan banyak keuntungan dengan alat bantu AI. ChatGPT dapat digunakan sebagai asisten pribadi untuk memahami materi tertentu, melakukan penjadwalan, dan lain-lain. Oleh karena itu, Oby mengaku mewajibkan karyawannya untuk menggunakan alat bantu AI seperti ChatGPT.

Menurut Oby, penggunaan ChatGPT di bidang akademis perlu dilakukan secara bijak untuk memecahkan masalah. Meminjam hirarki kemampuan buatan Abraham Maslow, menggunakan ChatGPT harus dimulai dari proses mengetahui penggunaannya lalu termotivasi untuk memecahkan masalah hingga akhirnya bisa menciptakan produk, kemampuan, atau ide baru terkait pemecahan masalah tersebut.

Dalam seminar ini, kedua narasumber menekankan untuk menjadikan ChatGPT sebagai asisten, bukan sumber belajar utama. Pengguna tetap menjadi pengambil keputusan dan harus cermat dalam memilah informasi yang disediakan oleh ChatGPT.

Pada sisi tantangan, penerapan ChatGPT di perguruan tinggi menghadapi beberapa isu. Salah satunya adalah keakuratan, di mana model bahasa ini harus mampu memberikan jawaban yang benar dan informatif dalam berbagai pertanyaan akademik. Kemudian, perlunya pemantauan dan kontrol ketat untuk memastikan bahwa ChatGPT tidak digunakan untuk tujuan plagiarisme atau kecurangan dalam tugas dan ujian. Selain itu, penting untuk mempertimbangkan ketersediaan infrastruktur dan sumber daya yang diperlukan untuk mendukung implementasi teknologi ini.

Sementara terdapat sejumlah tantangan, penerapan ChatGPT juga membawa berbagai peluang berharga. Teknologi ini dapat digunakan sebagai alat bantu pengajaran yang interaktif, membantu mahasiswa dalam merespons pertanyaan dan mengatasi masalah akademik mereka. Selain itu, ChatGPT dapat digunakan untuk mengembangkan platform e-learning yang lebih efisien dan ramah pengguna. Dalam penelitian, ChatGPT bisa digunakan untuk analisis data besar dan penelitian otomatis dalam berbagai proyek elektronika dan informatika.

Integrasi ChatGPT dengan kurikulum adalah langkah penting dalam memanfaatkan peluang ini. Perguruan tinggi harus merancang program akademik yang mencakup pelatihan dalam menggunakan ChatGPT secara efektif. Dengan mengintegrasikan teknologi ini dalam kurikulum, mahasiswa akan siap menghadapi dunia yang semakin terhubung dan bergantung pada kecerdasan buatan.

Penerapan ChatGPT di perguruan tinggi bidang elektronika dan informatika adalah tantangan dan peluang yang menarik. Dengan pemahaman yang mendalam tentang potensi teknologi ini dan kerjasama antara pendidik dan mahasiswa, penggunaan ChatGPT dapat membawa kemajuan signifikan dalam pendidikan dan penelitian di bidang ini. Seminar ini adalah langkah awal dalam menjelajahi cara terbaik untuk mengintegrasikan teknologi ini ke dalam lingkungan akademik.

Materi selanjutnya dari Bapak Oby Zamisyak yang menjelaskan Kebijakan dan Etika Penerapan Chat GPT pada Bidang Akademik di Perguruan Tinggi. Materi ini akan membahas pentingnya kebijakan dan etika dalam penerapan ChatGPT pada bidang akademik di perguruan tinggi, terutama dalam konteks program studi elektronika dan informatika. Teknologi kecerdasan buatan seperti ChatGPT telah mengubah cara kita berinteraksi dengan informasi dan pengetahuan. Namun, penggunaan yang tidak terkendali dan tidak etis dari teknologi ini dapat menyebabkan berbagai masalah. Oleh karena itu, penerapan ChatGPT harus disertai dengan kebijakan yang jelas dan etika yang ketat.

Perguruan tinggi perlu merumuskan kebijakan yang mengatur penggunaan ChatGPT dalam lingkungan akademik. Kebijakan ini harus mencakup hal-hal seperti penggunaan ChatGPT dalam tugas, ujian, dan penelitian. Kebijakan ini juga harus mempertimbangkan perlunya mengidentifikasi sumber daya atau referensi yang digunakan oleh ChatGPT, untuk menghindari plagiarisme atau kecurangan. Penting untuk menegaskan bahwa penggunaan ChatGPT harus bersifat pendukung dan bukan menggantikan upaya intelektual mahasiswa.

Selain kebijakan, etika dalam penggunaan ChatGPT juga sangat penting. Mahasiswa dan pendidik harus memahami bahwa penggunaan ChatGPT harus mematuhi prinsip-prinsip kejujuran akademik. Penggunaan ChatGPT untuk plagiarisme atau kecurangan adalah tindakan yang tidak etis. Mahasiswa juga harus memahami batasan teknologi ini dan tidak bergantung sepenuhnya pada ChatGPT tanpa usaha intelektual mereka sendiri. Pendidik juga memiliki tanggung jawab untuk mengawasi dan memberikan panduan etika kepada mahasiswa.

Kebijakan dan etika penggunaan ChatGPT harus sesuai dengan kurikulum. Perguruan tinggi harus memastikan bahwa mahasiswa mendapatkan pemahaman yang cukup tentang etika dalam penggunaan teknologi ini sebagai bagian dari program studi mereka. Ini dapat mencakup pelatihan, seminar, atau mata kuliah khusus yang membahas masalah etika dalam penggunaan ChatGPT. Selain itu, kebijakan harus diterapkan secara konsisten di seluruh perguruan tinggi untuk memastikan keadilan dan kesetaraan.

Penerapan ChatGPT dalam bidang akademik di perguruan tinggi membawa manfaat besar, tetapi juga membawa tantangan etika yang perlu diatasi. Dengan merumuskan kebijakan yang tepat dan memastikan pemahaman etika yang kuat di antara mahasiswa dan pendidik, penggunaan ChatGPT dapat mendukung pembelajaran dan penelitian dengan cara yang etis dan bermanfaat. Seminar ini bertujuan untuk menjelajahi berbagai aspek kebijakan dan etika dalam penggunaan ChatGPT, dan bagaimana hal ini dapat diterapkan secara efektif dalam lingkungan akademik.

Acara diakhiri dengan sesi dokumentasi pemateri, moderator, dan seluruh peserta seminar.

Indonesian